KurangBaik 2/5. Biasa Saja 3/5. Baik 4/5. Luar Biasa 5/5. 20.7K. 30. 30. TS wantitz . Kaskus Addict . Lapor Hansip. 25-06-2013 00:06 Quote: Quote: Pandawa Lima. Pandawa Lima adalah sebutan untuk sebuah keluarga di dunia pewayangan yang terdiri atas lima orang laki-laki bersaudara pembela dan pejuang kebenaran. Ternyata seperti halnya tokoh Sinonim Kesaktian adalah aji-aji, hikmat, ilmu gaib, Kata kesaktian Juga ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang artinya ada kemungkinan kesamaan kata ataupun maknaAmpuh, Azimat, Besi, Hikmah, Hikmat, Ilmu, Isi, Kedot, Kemala, Kuasa, Luntur, Mandraguna, Sakti, Simpan, Tuah, Uzur,Kata kesaktian Juga ditemukan dalam Sinonim kata kata berikut ini, kemungkinan ada relasi di antara kata kata tersebutSinonim Khasiat, Sinonim Ilmu, Sinonim Tuah, Sinonim Keampuhan,Sinonim kata Kesaktian disediakan oleh dan hakciptanya dimiliki oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui tesaurus tematis. adalah versi daring yang memudahkan pencarian persamaan kata Kesaktian berbagai kata berikut dengan pengembangannya agar dapat membantu siswa siswi dalam mendapatkan rujukan yang tepat dan membantu Kementerian Pendidikan dalam edukasi, saatnya kita mencintai bahasa Indonesia. Bantu kami share data ini, untuk membantu mengembangkan dan mencintai Bahasa Indonesia. Adabeberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara. 1.Islam berasal dari Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina. 2.Islam berasal dari Persia. Hal ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran). 3.Islam berasal dari India ABIMANYU merenung. Ia mencari jawaban atas satu hal yang sudah sekian lama mengusik batin dan hatinya. Namun, ia tidak menemukannya. Ini terkait dengan jimat Kalimasada yang disakralkan. Sejujurnya ia mengaku hanya tahu, tetapi tidak paham tentang pusaka yang menjadi ideologi’ bangsa Amarta itu. Sejak keberadaannya di Amarta, pusaka itu terus menjadi incaran berbagai pihak. Dari yang ingin melumpuhkan keampuhannya hingga yang berupaya merampas dan menguasainya. Akan tetapi, sejarah membuktikan Kalimasada tetap sakti dan bersemayam di bumi Amarta. Abimanyu menyampaikan penas rannya kepada pamongnya, Semar Badranaya. Sebagai generasi milenial dan penerus bangsa, Abimanyu merasa wajib memahami seluk-beluk pusaka itu. Semar menyarankan untuk bertanya kepada kakek buyutnya, Begawan Abiyasa, di Pertapaan Saptaarga. Sowan ke Abiyasa Pada suatu hari, Abimanyu sowan ke Saptaarga. Ia disertai Semar dan ketiga anaknya; Gareng, Petruk, dan Bagong. Kebetulan saat itu Kalimasada lagi-lagi menjadi isu hangat’ di kalangan elite. Prabu Puntadewa, sebagai pemimpin tertinggi negara, kembali menegaskan Kalimasada tidak bisa diutak-atik dan dijamin tetap berada di Amarta. Di antara putra-putri Arjuna, Abimanyu paling mirip dengan bapaknya. Selain tampan dan pemberani, ia juga gemar dan gentur menjalani laku prihatin. Kerap meninggalkan Kesatrian Plangkawati untuk bertawajuh lelana brata. Hanya membutuhkan waktu setengah hari, Abimanyu sampai di Pertapaan Saptaarga yang rindang, asri nan sejuk. Perjaka yang lahir dari rahim Sembadra ini memang tidak suka mampir-mampir. Seperti biasanya, kedatangannya disambut sejumlah cantrik yang lantas mempersilakannya masuk ke pendapa. Rasa lelah Abimanyu dan Panakawan cepat berlalu setelah menikmati nyamikan rebus-rebusan yang disajikan para cantrik. Ada ketela rambat, singkong, ganyong, enthik, dan kimpul. Minumannya air sendang dalam kendi serta wedang jahe merah hangat dengan pemanis madu hasil budi daya sendiri. Tak lama kemudian, Abiyasa menghampiri. Serta-merta Abimanyu sungkem. Adapun Panakawan menyampaikan salam taklim. Mereka kemudian berbagi kabar kebahagiaan dan bersamasama menghaturkan puji syukur ke hadirat Yang Mahamurah atas segala karunia-Nya. Kepada cicitnya, Abiyasa ndangu bertanya, apakah kedatangannya ke Saptaarga dolan atau diutus uaknya, Puntadewa. Abimanyu matur, ia sowan atas keinginan pribadi. Selain melepas kangen, ia ingin sabda sang kakek terkait dengan satu hal yang selama ini menggelayuti hati dan benaknya. “Cucuku, apa itu?” tanya Abiyasa. ”Pusaka Kalimasada, Kanjeng Eyang kakek. Itu apa dan kenapa vital serta fundamental bagi bangsa dan negara?” tanya Abimanyu. Abiyasa mengatakan semua warga Amarta wajib mengetahui, memahami, dan menjaga pusaka itu. Tanpa keberadaannya, Amarta akan roboh. Kenapa demikian, karena itu bukan pusaka semata, melainkan jati diri bangsa. Kristalisasi nilai Dalam pakeliran, Kalimasada ialah pusaka yang dimiliki leluhur Pandawa, yakni Sekutrem, yang didapatnya di Kahyangan. Jimat itu diwariskan kepada keturunannya hingga sampai Abiyasa dan kemudian Pandawa. Menurut kisahnya, banyak pihak yang menginginkan Kalimasada. Di antaranya Dewasrani yang berambisi menguasai marcapada. Juga Mustakaweni, putri mendiang Raja Manimantaka Prabu Niwatakawaca, yang menyamar menjadi Gatotkaca dalam upaya mencuri Kalimasada. “Kanjeng Eyang, kenapa pusaka itu disebut sebagai jati diri bangsa,?” tanya Abimanyu. Abiyasa menjelaskan bahwa pusaka itu merupakan kristalisasi nilai-nilai bangsa suku yang bertebaran dari ujung timur hingga ujung barat serta dari ujung utara hingga ujung selatan wilayah negara kesatuan Amarta. Jadi Kalimasada tidak bisa terpisahkan dari keberadaan bangsa Amarta. “Itu inheren dan tidak bisa diganggu-gugat,” tutur Abiyasa. “Namun, kenapa ya Eyang, hingga saat ini masih ada yang ingin membuat rumusan atau mengonsepkan pusaka itu?” Kembali Abiyasa mengatakan bahwa Kalimasada sudah demikian adanya sehingga tidak perlu dirumuskan lagi. Jangan sampai yang sudah jelas malah dibawa ke langit sehingga malah kabur. Jadi, tidak perlu didiskusikan ke sana kemari sehingga justru akan mendeligitimasi pusaka itu sendiri. “Jadi, tinggal dijaga saja. Diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” tuturnya. “Bagaimana cara mengamalkannya? ” tanya Abimanyu. Sebagai bangsa yang heterogen dan multikultur, ujar Abiyasa, setiap suku bangsa Amarta mesti bebas menjalani kehidupan masing-masing. Misalnya, warga Plangkawati dengan adat, norma, dan budayanya sendiri. Begitu juga warga kesatriyan wilayah lain yang menjadi bagian dari negara kesatuan Amarta. Jangan sampai, lanjutnya, Plangkawati memaksakan kehendak kepada warga Pringgondangi untuk menjalani adat kehidupan pihaknya yang dianggapnya paling baik. Begitu juga sebaliknya. Biarkan warga setiap suku leluasa menjalani kehidupan mereka sesuai dengan napasnya. “Setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai sendiri. Jangan diharuskan sama. Itulah sejatinya keampuhan pusaka Amarta,” tuturnya. “Jadi pusaka Amarta itu tidak perlu dirumuskan lagi?” tanya Abimanyu. “Benar, cucuku. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa Kalimasada itu saripati dari nilai-nilai kehidupan warga yang kodratnya prural, bersuku-suku bangsa. Jadi kalau dikonsepkan dalam wujud yang sama, itu justru akan merusak eksistensi bangsa yang berwarnawarni itu.” Lestari selamanya Abiyasa mewanti-wanti bangsa Amarta untuk tidak mencabarkan Kalimasada sebagai ideologi’. Setiap warga suku bangsa nyaman menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinan, adat-istiadat, dan budayanya. Itulah cara menjaga keampuhan Kalimasada. Dengan demikian, Amarta akan lestari selamanya. Tak terasa hari menjemput sore. Awan lembayung memesona berarak di ufuk Barat. Serombongan burung emprit berebut ke peraduannya, berbarengan dengan keluarnya kelelawar-kelelawar dari persembunyiannya. Abimanyu memohon pamit kepada sang kakek untuk kembali ke Plangkawati. Pun Panakawan meminta permisi. Abiyasa berpesan kepada Abimanyu untuk selalu eling dan waspada. Tak lupa, Abiyasa berterima kasih kepada Semar dan anak-anaknya yang istikamah menjaga momongannya di jalan keutamaan. M-2
PerubahanAnda sudah disimpan. Brajadenta – Brajamusti Lanjutan cerita wayang hari ke 4. Prabu duryodana dan para punggawa kurawa sedang bertemu di dampar agung negara hastina. Merekamembicarakan krisis yang menimpa pringgondani. karena brajadenta nggak mau menyerahkan kursi kepadaprabo anom gatotkaca. duryodana melihat
kesaktian [kesaktian] Kata Nomina kata bendaDari kata dasar yang dimaksud dengan kesaktian? 1 kepandaian kemampuan berbuat sesuatu yang bersifat gaib melampaui kodrat alamcontoh 'kesaktian itu diperolehnya dengan jalan bertapa di puncak gunung' 2 kekuasaan gaibcontoh 'karena kesaktian yang dimilikinya, ia pun dapat menolak setiap guna-guna yang ditujukan kepada dirinya' Apa contoh kalimat menggunakan kata ? Contoh kata adalah kesaktian itu diperolehnya dengan jalan bertapa di puncak kesaktian termasuk kata apa? Kata kesaktian adalah Kata Nomina kata benda. ilmu kesaktian ilmu sakti; Tip doubleclick kata di atas untuk mencari cepat [kesaktian] Arti kesaktian di KBBI adalah kepandaian kemampuan berbuat sesuatu yang bersifat gaib melampaui kodrat.... Contoh kesaktian itu diperolehnya dengan.... Lihat arti dan definisi di jagokata. Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Pusat Bahasa
dalamversi wayang diktakan bahwa salya tewas dilempar oleh jimat kalimasada. saat itu resi bagaspati masuk ke dalam tubuh yudistira, dan candrabirawa diambil kembali dari tubuh salya. kemudian yudistira melempar jimat kalimasada dan tepat mengenai dada parabu salya, seketika prabu salya gugur terkena lemparan jimat kalimasada. di mandaraka

Oleh para ahli hikmah barang siapa menulis dua kalimat sahadat ini kemudian memutungnya menjadi 2kalimat sahadat allah ditinggal dirumah sahadat rasul kita bawa bepergian selama 2 kalimat itu utuh pada kita dan yg tertinggal juga utuh maka dia tidak akan dimatikan sebelum dia kembali kerumahnya,bahkan pernah dicoba org yg sdh dipenjara akan dihukum pancong waktu dihukum pancung beberapa kali algojo memenggalnya tetap saja dia tidak mempan,sampai akhirnya raja mengampuninya,kerena dua kalimat ini bersumpah tidak akan dibuatnya sengsara org yg memakai satu kalimat ini,kerena allah dan rasulnya akan selalu berkasih-kasihn sepanjang masa,sayang ygsempurna dan cinta yg sejarah tentara belanda dan juga jepang pernah mencobanya dan akhirnya mereka selamat hingga sampairumahnya sendiri. Pertanyaan baru di Seni Apa saja bahan yang digunakan untuk memproses kulit mentaha. kipas angin, blower, ampelas b. jemuran, tali, ampelas c. kipas angin, blower, kursi d. j … emuran, kursi, kipas angin​ jenis kayu yang digunakan untuk membuat kerajinan tangan kulit nabati adalaha. kayu jatib. beringinc. pohon pisangd. pohon kelapa ​ Pleaseeeee kaaaaa butuhhh bangettttt​ salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan kerajinan tangan kulit nabati adalaha. solob. yogyakarta c. donggala d. tasikmalaya ​ lukisan pada media kayu talenan adalah termasuk jenis ragam FiguratifAlam diuraikan, gambar lukisan talenan kayu … tersebut memiliki unsur seni rupa yang tepat yaitu..Berwarna, bidang miring, titik, tekstur keras, dan. bentuk datar, tekstur lembut, berwarna, dan bidang datar, bentuk pesegi, berwarna, dan bertekstur kerasTekstur keras, tak berwarna, titik, bidang datar, dan bentuk persegi ​

IStilahKalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kalimat Kalimahoaddha. (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada. 2. Bima (Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa) hal ini karena dia mempunyai kesaktian yang tak terkalahkan dan sesuatu yang menyenangkan pandangan,
Kalimat Syahadat - Sumber gambar – Jimat Kalimosodo atau Kalimasada yang dalam cerita pewayangan Baratayudha sering disebut dengan istilah Jamus Kalimosodo adalah pusaka milik Prabu Puntodewo atau Prabu Yudhistira Samiaji dari Kerajaan Amarta yang juga merupakan pemimpin Pendowo/Pandawa. Prabu Yudhistira diceritakan selalu menang dalam peperangan dan akhirnya masuk Surga tanpa kematian. Pandawa 5 sendiri merupakan perlambang dari 5 rukun Islam, yaitu 1. Yudhistira dengan pusaka andalannya Jamus Kalimosodo melambangkan rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat. 2. Werkudoro yang selalu berdiri dan memiliki pusaka Kuku Pancanoko merupakan simbol dari rukun Islam yang kedua, yaitu Sholat wajib 5 waktu. 3. Arjuna yang memiliki paras tampan dan digandrungi banyak wanita merupakan simbol rukun Islam yang ke 3, yaitu Puasa Ramadhan. 4. Nakula merupan simbol dari rukun Islam yang ke 4, yaitu zakat. 5. Sadewa merupakan simbol dari rukun Islam yang ke 5, yaitu LimaJamus Kalimosodo merupakan suatu jamus/surat yang terdapat tulisan tentang pengertian/kawruh, “Barang siapa mendapatkan kawruh ini maka ia akan menjadi Raja atau memiliki kekuasaan yang besar”. Dalam cerita pewayangan, Jamus Kalimosodo adalah pusaka yang berwujud kitab, dan merupakan benda yang dikeramatkan di Kerajaan Amarta yang merupakan warisan dari Kyai Semar. Jamus Kalimosodo/Kalimasada adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan, bebendu atau hukuman dari TUHAN. Jimat ini diwahyukan kepada Pendawa Lima dan diteruskan kepada para puteranya. Jadi, para putera Pendawa Lima merupakan pralampita pengejawantahan dari panca indera Manusia yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit serta anggota badan lainnya. - Yang pertama adalah Sang Pretiwindya putera dari Prabu Yudhistira sebagai perlambang indera penglihatan. - Yang kedua adalah Sang Sutasoma, putera Sang Werkudara sebagai perlambang dari indera penciuman. - Yang ketiga adalah Sang Sutakirti putera Sang Arjuna sebagai perlambang indera pendengaran. - Yang keempat adalah putera Raden Nakula yaitu Sang Satanika sebagai perlambang lidah indera perasa - Yang kelima adalah Sang Srutakarma putera dari Raden Sadewa sebagai perlambang kulit dan seluruh anggota badan yang juga sebagai indera perasa. Kelima putera tersebut dari satu isteri Pendawa Lima yaitu Dewi Drupadi sebagai wujud retasan dari Yang Maha Kuasa Purbawisesaning gesang. Intisari dari cerita tersebut yakni asal muasal panca indera tidak lain adalah dari wujud ciptaan Sang Khaliq/Tuhan Yang Maha Kuasa/Sang Hyang Wenang/Gusti Kang Maha Wisesa. Tetapi Sang Werkudoro dari isteri Dewi Arimbi kemudian dikaruniai putera bernama Gatut Kaca sebagai perlambang dari pamicara. Secara syariat Pamicara atau berbicara menggunakan bahasa Manusia merupakan hasil karya peradaban Manusia, karena Purbawasesaning gesang hanya menciptakan suara untuk makhluk-NYA, tidak menciptakan bahasa untuk Manusia. Tapi secara hakikat, semua yang ada didunia ini, termasuk Manusia dengan segala kecerdasan intelektualnya adalah mutlak merupakan karya TUHAN. Manusia hanyalah wayang yang memerankan cerita Sang Dalang TUHAN. Bahasa/bicara/wicara merupakan hasil karya peradaban Manusia, sehingga Gatut Kaca bukan menjadi putera Werkudara dengan Dewi Drupadi, tetapi dengan Dewi Arimbi. Sang Werkudara sendiri merupakan perlambang hawa atau udara, maka Gatut Kaca adalah putera Werkudara dengan Dewi Arimbi, bukan dengan Dewi Drupadi. Artinya, bahwa nafas dan suara asalnya dari hawa atau udara. Maka jika mulut dibungkam dan hidung ditutup pasti tidak akan bisa bicara. Ketika agama Islam masuk ke Indonesia, wayang dijadikan alat untuk penyebaran agama Islam oleh Kanjeng Sunan Kalijogo dengan memasukkan unsur-unsur Islam didalam kandungan cerita Mahabharata, contohnya Puntodewo atau Yudistira sebagai Raja di Kerajaan Amartapura memiliki jimat yang bernama "Jamus Kalimasodo" yang merupakan pegangan atau lambang keunggulan sebagai seorang Raja dan merupakan pusaka yang paling sakti di antara pusaka-pusaka juga 9 Keris pusaka paling sakti dan paling dicari ditanah Jawa Kalimosodo atau Kalimasada adalah kependekan dari "Kalimat Syahadat" yang merupakan rukun Islam pertama sebagai pengakuam seorang muslim bahwa "Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah". Kanjeng Sunan Kalijogo memang memiliki kecerdasan luar bisa sehingga mampu memasukkan nilai-nilai ajaran agama Islam kedalam tradisi dan kebudayaan yang sudah melekat dalam masyarakat Jawa, termasuk ke dalam cerita pewayangan Baratayudha yang sebetulnya merupakan produk dari budaya juga Keris dan Wayang Kulit adalah media dakwah Sunan Kalijaga yang syarat makna spiritual Ini adalah kepandaian dari Walisongo untuk meng-Islamkan masyarakat Jawa yang pada saat itu mayoritas masih beragama Hindu. Dalam hal seberapa besar Islam betul-betul secara efektif memiliki pengaruh yang besar dalam wayang purwo atau wayang kulit, masyarakat Islam masih banyak meragukan hal itu. Bahkan ada sebagian masyarakat Islam yang mengharamkan wayang purwo atau wayang kulit yang jelas masih memiliki nafas Hindu atau Jawa yang justru lebih menonjol dibandingkan dengan nafas Islamnya, terlepas dari kenyataan bahwa wayang purwo atau wayang kulit masih tetap digemari oleh masyarakat Jawa yang Islam maupun yang bukan Islam. Tentu saja orang-orang yang beranggapan bahwa wayang kulit itu haram adalah mereka yang tidak memahami akan makna dari cerita pewayangan dan semua karakter tokoh-tokoh didalamnya yang semuanya sebetulnya memiliki makna yang sangat kental dengan ajaran Islam. Bukan hanya wayang saja, bahkan Keris yang selama ini di anggap sebagai benda klenik sebetulnya juga memiliki filosofi yang kental dengan ajaran Islam, hanya saja semuanya dibuat tersirat dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang telah matang secara juga Filosofi Keris Pandawa Cinarita sebagai tuntunan hidup Di kalangan masyarakat Jawa sendiri ada yang menginterpretasikan Kalimasada/Kalimosodo sebagai singkatan dari dua kalimah syahadat, dan ada juga yang menginterpretasikan sebagai lahirnya Pancasila. Ada yang menginterpretasikan bahwa tokoh pewayangan Pandawa Lima itu salah, tentunya anggapan tersebut tidak bisa dibenarkan dan tidak juga bisa disalahkan karena cara pandang setiap orang tidaklah sama. Yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan isi/makna dari Jamus Kalimosodo tersebut. Sebagai orang Jawa yang mendapatkan warisan dari leluhur berupa karya-karya adiluhung, maka seyogyanya kita bisa memaknainya dengan baik. Pengertian Jamus Kalimosodo secara singkat adalah Kalimasodo Kalimo usodo atau jajampi wari gangsal, yaitu bisa dimaknai lima macam obat atau lima macam tindakan lelampahan gangsal yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan keselamatan didunia dan di akhirat kawilujengan. Lima macam tindakan tersebut, antara lain 1. Suci Setia dan jujur. 2. Sentausa Adil paramarta dan bertanggung jawab. 3. Kebenaran Sabar, belas kasih dan rendah hati. 4. Pintar/kepandaian Pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, dan pandai meredam hawa nafsu. 5. Kesusilaan Selalu mengedepankan sopan-santun dan teguh memegang tatakrama. Langkah kelima perkara tersebut tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan serempak bersama-sama, atau dalam istilah Jawa disebut “ayam kapenang”. Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang menjadi petunjuk hidup. Dalam cerita pewayangan, ayam kapenang menjadi perwujudan dari watak masing-masing Ksatria Pendawa Lima, sehingga kemudian disebut sebagai ayam kapenang yang artinya telur ayam sepetarangan, yang mengandung maksud “pecah satu maka akan pecah semua”. Istilah tersebut untuk membahasakan sikap guyub rukunnya para Ksatria Pendawa Lima dalam tali persaudaraan, jika ada salah satu yang yang tersakiti maka yang lain pasti akan membelanya. Langkah lima perkara tersebut harus dijalankan bersama-sama, jika salah satunya tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, meskipun sudah menjalankan kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, dan kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran pasti tidak akan bisa menjadi Manungso pinunjul/Manusia yang unggul. Jika kebenaran dilupakan, itu artinya tidak memahami akan benar salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Itu artinya, kesetiaan dan kesentausaannya hanya untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan kesusilaannya juga hanya untuk membodohi minteri orang lain. Perbuatan demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko yang tidak bisa ditolak hanya dengan doa, tapi justru sebaliknya, akan menyebabkannya jatuh dalam duka dan kesengsaraan. Kalimasodo juga bisa bermakna limo usodo atau lima obat yang memiliki maksud “Tombo ati iku ono limang perkoro”, artinya obat hati itu ada 5 macam, yaitu 1. Sholat wengi lakonono Lakukanlah Sholat malam. 2. Moco Qur’an sak maknane Membaca Al-Qur’an dan maknanya. 3. Dzikir wengi engkang sue Dzikir malam yang lama. 4. Weteng iro wani luwe Berani lapar puasa. 5. Wong kang sholeh kumpulono Berkumpulah dengan orang-orang sholeh. Kalimasada terdiri dari beberapa bagian, yaitu Ka = huruf atau pengejaan Ka, Lima = angka 5, Sada/sodo = lidi atau tulang daun kelapa yang di artikan selalu menjadi kelima ini haruslah utuh selalu 5. Kelima unsur Kalimasada teridiri dari 1. Ka Donyan Keduniawian “Ojo ngoyo dateng dunyo”, yang artinya jangan mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawian. Urusan kebutuhan duniawi memang perlu di upayakan, tapi jangan terlalu diutamakan. 2. Ka Kewanan sifat binatang “Ojo tumindak kaya dene Kewan”, yang artinya jangan berbuat atau bertindak seperti hewan, cotonya tindakan asusila, amoral, tidak beretika, dan tindakan-tindakan lainnya yang melanggar norma. 3. Ka Robanan “Ojo ngumbar howo napsu”, yang artinya jangan mengumbar hawa nafsu, karena untuk bisa menjadi Manusia unggul harus bisa mengendalikan hawa nafsu. 4. Ka Setanan “Ojo tumindak sing duduk samestine”, yang artinya jangan bertindak yang tidak semestinya dan melanggar norma-norma yang ada di masyarakat dan norma agama. 5. Ka Tuhanan “Gusti Alloh iku tan keno kinoyo ngopo nanging ono”, yang artinya Gusti Allah tidak dapat diceritakan secara apapun tapi tetap ada. Pengertian asli dari Jamus Kalimosodo di atas adalah isi murni dari pengertian sebenarnya sebagai simbol rukun Islam pertama, yaitu Kalimat Syahadat. Setiap orang boleh membungkusnya dengan kemasan apapun tetapi jangan sampai kehilangan makna aslinya, karena pengertian di atas merupakan pengertian sebenarnya dari Jamus Kalimusodo beserta penjabarannya. Baca juga Pusaka-pusaka ampuh peninggalan Kerajaan Majapahit Demikian sedikit informasi tentang sejarah dan makna Jimat Kalimasada yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Dunia Spiritual dan Supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya. Semoga bermanfaat Terima kasih

Jumat 23 Maret 2012. Khasiat Kayu-Kayu Bertuah. A. ASAM JAWA, Celagi, Tangkal Acem (Tamarindus Indicus Linn) Pohon Asam sangat popular di Indonesia dengan tinggi mencapai 30 m dan diameter mencapai 60 – 70 cm. Daun

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Geger RUU, mengingatkan kembali kisah cerita budaya wayang jawa tentang buku kitab jimat kalimasada. Pusaka vital negeri amarta ini dalam kisah pedalangan jawa digambarkan sebagai pusaka ampuh "ruh kehidupan " bagi seluruh negeri amarta diraja. Jimat kalimasada ini dikisahkan sebagai pusaka tetapi tidak berwujud pusaka yang secara lahiriah berbentuk senjata "wesi aji" melainkan kitab kehidupan yang menjadi penuntun laku seluruh negeri amarta. Beberapa literatur pewayangan dan gaya pedalangan kadang menyebutkan juga dengan nama "jamus kalimosodo". Kewibawaan sang pusaka jimat kalimasada juga kadang digambarkan para dalang dengan ilustrasi sikap tubuh tetumbuhan yang "tumelung" atau melengkung sebagai simbol rasa hormat dan kepatuhan yang mendalam sekaligus sikap pasrah jiwa yang tinggi terhadap pusaka jimas kalimasada. Digambarkan pula tak ada burung satu pun yang berani terbang di atas singgasana raja amarta, karena siapa berani mencoba melawan "perbawa" wibawa jimat kalimasada bakal "jungkel luntak ludiro sirno margolayu" mati terjungkal muntah darah seketika. Begitu ampuhnya jamus kalimasada ini, bahkan juga digambarkan mampu menguji integritas keagungan dan kemuliaan budi para kesatria pandawa. Ketika para kesatria pandawa, terpikat oleh hawa nafsu, angkara murka, dan lalai berpegang pada kebajikan dan keluhuran budi, jimat kalimasada mampu "meninggalkan isi esensial keampuhannya" lalu megembara menguji dan menyadarkan kembali para kesatria pandawa di jalan benar dan lurus sebagai negeri yang berbudi bawa laksana. Jimas Kalimasada adalah undang-undang kehidupan negeri amarta yang adiluhung dan sakti mengayomi kedamaian, ketenteraman, keagungan dan kemuliaan negerinya. Jimas kalimasada adalah produk perundangan yang lahir dari proses "semede topo broto", prihatin, bekerja keras, membangun kemaslahatan seluruh negeri. Jimas Kalimasada, adalah perundangan yang integratif mengalir menjadi darah putih setiap satria amarta diraja, dan karena itulah kesaktian dan keampuhannya tidak pernah ada cerita wayang yang mampu menampilkan kekalahan dari jimat kalimasada apa keterkaitannya dengan geger RUU yang saat ini sedang memanas di negeri tercinta ? Kisruh tolak menolak RUU yang saat ini sedang bergejolak, bisa saja dianalogikan sebagai pembanding tentang "ruh undang-undang" yang secara hakiki memang menjadi miliki kehidupan semua masyarakat Indonesia. Undang-undang yang lahir dari pengkajian secara mendalam, dan memang menjadi "aliran darah" kehidupan, sumber acuan kehidupan berbangsa, dan memang memiliki kemaslahatan kemanfaatan, yang terproses melalui "semedi" para penggagas undang-undang mestinya dan tentunya tidak akan memunculkan pergolakan-pergolakan sebagai simbol penolakan dan sikap anti pati para kesatria pandawa terpikat ulah picik pandito durno, dalam kisah pewayangan, jimat kalimasada kemudian "keluar dari isi jamus" lalu mengembara "malik sukma" atau berubah wujud menjadi begawan atas angin yang tiba-tiba menjadi pejuang kebenaran dan menghancurkan kemunafikan dan keangkaramurkaan para satria astina pimpinan pandito durno dan membelalakkan para satria amarta yang lalai terpikat kepentingan sesaat bujukan pandito durno dan gerombolannya. Gambaran kisah pewayangan ini bisa saja menjadi belah cermin, bahwa produk undang-undang adalah jiwa kehidupan yang harus disusun dibuat dengan tidak setitik kata pun yang lahir dari jiwa keburukan. Apalagi yang disusun berlandaskan kepentingan golongan, kepentingan kekuasaan, kepentingan sesaat, sebagai bumper perkasa yang dipergunakan untuk menghantam dan memberangus setiap gerak yang dianggap mengganggu kepentingan dan kenyamanannya. Produk undang-undang seperti ini jauh dari kemaslahatan kemanfaatan melainkan justru menjadi bentuk kemudaratan yang tidak konstruktif bagi kehidupan berbangsa dan seperti halnya kisah pusaka jimat kalimasada, diproses, melalui "semedi topo broto" prihatin, bertapa untuk mendapatkan petunjuk dan wahyu ilahi sebagai sumber kekuatan dan kesaktian undang-undang itu sendiri. Sebab, undang-undang adalah acuan untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sama seperti jamus kalimosod di negeri amarta diraja yang menjadi panutan kehidupan seluruh bangsanya. Disinilah maka memang lalu memunculkan banyak tanya, bagaimana mungkin akan melahirkan undang-undang yang merupakan jiwa kehidupan berbangsa dan bernegara bila mana prosesnya penuh dengan sikap ketergesaan, tidak terkaji secara mendalam, dan terkesan sekedar mengejar target belaka ? Apalagi maaf dan maaf, kadang kadang juga ada tanya, bagaimana kalau para penggagas undang-undang itu sendiri yang proses hadirnya sebgai legislator tidak semua mulus merupakan wakil rakyat sesungguhnya ? 1 2 Lihat Politik Selengkapnya
J9B4aC.
  • 33l1kjaqia.pages.dev/484
  • 33l1kjaqia.pages.dev/161
  • 33l1kjaqia.pages.dev/478
  • 33l1kjaqia.pages.dev/194
  • 33l1kjaqia.pages.dev/306
  • 33l1kjaqia.pages.dev/189
  • 33l1kjaqia.pages.dev/342
  • 33l1kjaqia.pages.dev/335
  • 2 kesaktian dari jimat kalimasada